Memilih Dekan Baru Ushuluddin dengan Jalan Mufakat

  • 13 Januari 2021
  • 12:32 WITA
  • Kaslam
  • Berita

TUDANG Sipulung, merupakan tradisi masyarakat Bugis Makassar yang akhir-akhir ini sudah mulai luntur keberadaannya. Sekarang ini, jarang sekali kita dapati acara rembug bersama dilakukan, apalagi kemudian untuk memilih seorang pemimpin tertinggi.

Namun tidak demikian halnya dengan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Fakultas tertua dimiliki kampus yang dulunya bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin ini, rupanya masih meyakini bahwa tudang sipulung adalah jalan terbaik dalam berdemokrasi.

Setidaknya itulah yang dilakukan FUF UIN Alauddin yang baru saja menyelesaikan pesta demokrasi untuk memilih dekan baru periode 2011-2014. Ya, dalam pemilihan di ruang rapat senat lantai dua gedung Fakultas Ushuluddin, Kampus II UIN, Kamis (16/12), terpilihlah Dekan FUF UIN Alauddin yang baru dari proses musyawarah dan mufakat.

Prof Dr H Arifuddin Ahmad MAg, guru besar di bidang Ilmu Hadits, terpilih sebagai dekan dari mufakat semua Anggota Senat FUF UIN. Prof Arifuddin dipilih di antara dua kandidat lainnya Prof Dr H Muhammad Ramli Msi dan Dr Abdullah Abd Talib MAg.

"Semuanya berjalan lancar dan Prof Arifuddin dipilih secara bersama-sama oleh anggota senat fakultas sebagai dekan baru. Inilah fakultas ushuluddin yang semuanya seperti keluarga. Pemilihan dilakukan dengan perundingan tanpa harus melalui proses voting (pemilihan suara)," kata dekan FUF, Prof Dr H Musaffir Pababbari M Si, yang juga ketua senat fakultas.

Sudah Jadi Tradisi

Lebih lanjut, Prof Musafir yang akan segera mengakhiri masa jabatannya, menjelaskan kalau proses pemilihan dengan jalan musyawarah-mufakat ini merupakan tradisi di fakultas ushuluddin.

Bahkan ini sudah turun temurun dilakukan. Pemilihan dekan baru FUF ini pun berlangsung lancar. "Hal ini sudah menjadi tradis turun temurun di ushuluddin. Karena kita ini dalam satu fakultas adalah keluarga. Kita memilih jalan terbaik dalam pemilihan dekan dengan jalan musyawarah," lanjut Musaffir. Pemilihan dengan mufakat ini dengan sendirinya menghapus peluang bakal lahirnya kubu-kubu di fakultas.

Dekan terpilih, Prof Arifuddin pun menyatakan berterima kasih kepada semua anggota senat setelah terpilih. Dan ia pun sangat senang dengan proses pemilihan. Bahkan ia berjanji akan terus menghidupkan proses pemilihan serupa.

"Kedepan saya ingin agar fakultas ushuluddin terus menghidupkan nuansa kekeluargaan seperti ini. Ini saya rasakan seperti jaman dahulu ketika siapa saja yang pernah berada di fakultas ini merasa seperti memiliki keluarga. Cara pemilihan ini saya pikir bisa menghargai dan menampung semua aspirasi tanpa menimbulkan kebencian," kata Prof Arifuddin seusai pemilihan.

Sebagai dekan baru, guru besar bidang managemen dan administrasi publik ini juga ingin belajar banyak dari Prof Musaffir. Dari sudut pandangnya, selama memimpim ushuluddin Prof Musafir, banyak melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

"Dia (Prof Musafir) telah berhasil melakukan konsolidasi kepemimpinan yang sangat baik, juga telah banyak berbuat untuk kemajuan fakultas ini. Apalagi beliau berhasil meningkatkan anggaran fakultas ushuluddin," kata dekan terpilih yang sudah profesor meski masih menginjak umur 36 tahun ini.

Akomodasi Kandidat Lain

Dalam setiap pertandingan, pasti akan ada yang menang dan ada kalah. Hal ini pun terjadi saat pemilihan dekan FUF yang berlangsung Kamis (16/12). Walau begitu, dekan terpilih Prof Arifuddin yang terpilih dari mufakat bersama berjanji akan mengakomodasi kandidat lainnya.

"Saya akan tetap bersinergi dengan mereka. Apalagi kita telah berkomitmen bersama dan mereka dengan kemampuan khususnya diharapkan bisa bekerja dan membuat fakultas ini lebih maju dan lebih baik lagi ke depan," kata Arifuddin.

Ada beberapa bidang, kata Arifuddin, yang akan dimaksimalkan. Seperti bidang penelitian yang akan dikerjasamakan dengan lembaga penelitian dan pengembangan (litbang). Ini dimaksudkan untuk memberi ruang penelitian bagi dosen dan mahasiswa ushuluddin. (uin online/hambali)