Dekan Mengisi Kuliah Umum tentang Radikalisme Agama & Media Sosial di Lembaga Pendidikan Mahasantri

  • 06 November 2023
  • 11:12 WITA
  • Kaslam
  • Berita

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Mengisi Kuliah Umum tentang Radikalisme Agama & Media Sosial di Lembaga Pendidikan Mahasantri


Radikalisme agama dan media sosial adalah dua fenomena yang semakin menjadi sorotan dalam masyarakat modern. Keduanya memiliki dampak signifikan pada dinamika sosial, politik, dan budaya. Dalam narasi ini, kita akan menjelaskan bagaimana keduanya saling berinteraksi dan bagaimana hal ini memengaruhi masyarakat.

Radikalisme agama adalah fenomena di mana individu atau kelompok mengadopsi pandangan agama yang ekstrem dan cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan mereka. Faktor-faktor seperti ketidakpuasan, ketidaksetaraan, ketidakamanan, dan interpretasi agama yang radikal dapat mendorong seseorang untuk menjadi radikal. Ini tidak hanya terbatas pada satu agama, tetapi dapat terjadi dalam berbagai keyakinan agama.

Media sosial, di sisi lain, adalah platform daring yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi, berbagi informasi, dan menyebarkan pandangan mereka secara luas. Media sosial telah mengubah cara kita berkomunikasi dan mendapatkan informasi. Ini adalah alat yang sangat kuat untuk menyebarkan pesan, termasuk pesan yang radikal. Media sosial memberikan platform bagi individu dan kelompok untuk berbagi pandangan mereka dengan cepat dan efektif.

Salah satu cara di mana media sosial dan radikalisme agama berinteraksi adalah melalui proses radikalisasi online. Individu yang memiliki pandangan radikal dapat menggunakan media sosial untuk mengidentifikasi dan menghubungi orang-orang yang berbagi pandangan serupa. Mereka dapat menyebarkan propaganda radikal, merekrut anggota baru, dan bahkan merencanakan tindakan kekerasan melalui platform ini. Media sosial juga memungkinkan individu untuk mengakses materi radikal dengan mudah, seperti video ekstremis, ceramah agama radikal, dan teks yang mendukung pandangan radikal.

Selain itu, media sosial memungkinkan radikalisme agama untuk tumbuh dan berkembang melalui proses desensitisasi. Individu yang awalnya mungkin tidak memiliki pandangan radikal dapat terpapar secara berulang kali dengan konten radikal melalui media sosial. Hal ini dapat mengubah persepsi mereka terhadap dunia dan mendorong mereka untuk mengadopsi pandangan yang lebih ekstrem.

Namun, penting untuk dicatat bahwa media sosial juga dapat digunakan sebagai alat untuk melawan radikalisme agama. Banyak organisasi dan individu yang menggunakan media sosial untuk menyebarkan pesan perdamaian, toleransi, dan pemahaman antaragama. Mereka berusaha melawan propaganda radikal dengan menyediakan informasi yang akurat dan berpendidikan tentang agama dan budaya yang berbeda.

Dalam dunia yang semakin terkoneksi ini, penting untuk memahami dampak media sosial pada radikalisme agama. Kita harus bekerja sama untuk mengidentifikasi dan mengatasi tantangan ini, sambil mempromosikan dialog antaragama, toleransi, dan pemahaman lintas budaya. Media sosial memiliki potensi besar untuk memengaruhi pandangan dan tindakan individu, dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk menggunakan platform ini dengan bijak dan positif.